Kamis, 30 Oktober 2014

Thin Layer Chromatography (TLC)

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMEN
“Kromatografi Lapis Tipis”

 









KELOMPOK 2:
HAFIFA MARZA                             ( 061330400317 )
LIAN ELVANI                        ( 061330400320 )
MIRANDA ARISTY               ( 061330400323 )
NINI NADILA                         ( 061330400326 )
OPTIMISMA SITUNGKIR     ( 061330400330 )
SITI RAHMA YANTI             ( 061330400333 )
VIRTA PUSPITA SARI          ( 061330400336 )

KELAS : 3KB

Instruktur  : ANERASARI M., B.Eng., M.Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIAYA
TAHUN AKADEMIK 2013/2014



KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
I.            TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
·         Melakukan analisa sampel (zat warna) secara kromatografi lapis tipis

II.            ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
a.       Alat yang Digunakan
·         Pelat TLC
·         Chamber Chromatography
b.      Bahan yang Digunakan
·         Pewarna Sintesis
·         Pewarna Kue
·         Tinta
·         Orange Pasta
·         Wantex
·         Larutan Methylen Blue
·         Ethanol

III.            DASAR TEORI
KLT (kromatgrafi Lapis Tipis)/TLC (Thin Layer Chromatography) merupakan salah satu cara untuk memisahkan dan menganalisa zat dalam jumlah yang kecil. Pada TLC, adsorben tersebar secara merata dalam permukaan gelas dan membentuk suatu lapisan tipis, terbentuk pita-pita yang tidak horizontal, maka sulit untuk mengumpulkan komponen-komponen. Ujung dari pita kedua akan terbawa sebelum seluruh pita pertama keluar dari kolom. Ada dua factor penyebab masalah ini yaitu permukaan atas dari adsorben tidak rata serta kolom tidak benar-benar vertical.
Fenomena lain adalah terbentuknya lengkungan pada salah satu sisi pita. Hal ini dapat terjadi bila ada ketidakteraturan pada permukaan adsorben atau terdapat gelembung udara pada kolom.
Pada TLC, cuplikan yang akan dipisahkan atau dianalisa diteteskan pada pelat dengan menggunakan kapiler. Pemisahan dapat terjadi dengan memasukkan pelat ke dalam chamber (kamar) yang telah jenuh dengan pelarut. Pelarut akan naik secara perlahan-lahan sepanjang pelat tersebut. Cuplikan akan terdistribusi antara fasa diam (adsorben) dan fasa gerak (pelarut). Sebagai fase gerak umumnya zat yang kurang polar dibandingkan dengan fasa diam sehingga komponen dalam cuplikan yang kurang polar  akan bergerak lebih cepat dari komponen cuplikan yang lebih polar. Bila larutan hamper mencapai ujung pelat maka pelat dikeluarkan dari chamber dan dibiarkan hingga pelarut yang menempel pada pelat menguap. Akan terlihat noda-noda pada pelat yang menunjukan jumlah komponen yang ada dalam cuplikan. Perbandingan antar jarak perjalanan komponen dengan jarak perjalanan pelarut disebut Rf. Rf dinyatakan dengan bilangan dan dapat digambarkan seperti berikut ini.

        .
        .
        .
      M 

 
 



distance travelled by                                              distance travelled by
the solvent                                                                      the various dyes
 



Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf=

Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1,7 cm dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5,0 cm sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna merah menjadi:
Rf    =
= 0,34
Bila kondisi pengerjaan sama, maka niali Rf untuk kompoen tertentu adalah sama. Nilai Rf dapat digunakan untuk mengidentifikasi komponen.
Istilah kromatografi berasal dari bahasa Latin chroma berarti warna dan graphien berarti menulis.Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest (1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tswest dalam percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat (CaCO3) yang diisikan ke dalam kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat (CaCO3), kemudian dialirkan pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan. Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam sistem yang terdiri dari fase diam dan fase gerak. Semua pemisahan pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari masing-masing komponen diantara kedua fase tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang satu dengan lainnya disebabakan oleh perbedaan dalam adsorbsi, partisi, kelarputan atau penguapan diantara kedua fase.
            Kromatografi lapis tipis mirip dengan kromatogafi lapis tipis (KLT). Bedanya lapis tipis (KLT) digantikan lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti alumina, silika gel, selulosa atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis bersifat boleh ulang (reprodusibel) dari pada kromatografi lapis tipis (KLT).
            Adsorben yang digunakan pada kromatogrfai lapis tipis biasanya terdiri dari silika gel atau alumina dapat langsung atau dicampur dengan bahan perekat misalnya kalsium sulfat untuk disalutkan pada pelat. Pada pemisahannya, fase bergerak akan membawa komponen campuran sepanjang fase diam pada pelat sehingga terbentuk kromatogram. Pemisahan yang terjadi berdasarkan adsorbsi dan partisi. Teknik kerja KLT prinsipnya hampir sama dengan komatografi lapis tipis (KLT).
            Penentuan harga Rf pada KLT sama dengan pada kromatografi lapis tipis (KLT). Harga Rf dapatdigunakan untuk identifikasi kualitatif. Untuk tujuan penentuan kadar, bercak komponen dapat dikerok lalu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai untuk dianalisa dengan metode lain yang tepat. Aplikasi KLT sangat luas, termasuk dalam bidang organik dan anorganik. Kebanyakan senyawa yang dapat dipisahkan bersifat hidrofob seperti lipida dan hidrokarbon dimana sukar bila dikerjakan dengan kromatografi lapis tipis (KLT). KLT juga penting untuk pemeriksaan identitas dan kemurnian senyawa obat, kosmetika, tinta, formulasi pewarna dan bahan makanan.
            Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase yang digunakan.Kromatografi juga dapat digolongkan atas prinsipnya, misalnya kromatografi partisi (Partition chromatography) dan kromatografi serapan (Adsorption chromatography).Sedangkan menurut teknik kerja yang digunakan, misalnya kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi gas.
Dalam proses kromatografi selalu terdapat kecenderungan yaitu:
a.   Kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan
b.  Kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melekat pada permukaan padatan
     halus (adsorpsi penyerapan)
c.   Kecenderungan komponen-komponen untuk bereaksi secara kimia (penukar ion)
d.  Kecenderungan molekul-molekul terekslusi pada pori-pori fase diam.
Faktor reterdasi (Rf ), merupakan parameter kharakteristik kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran kharakteristik dan reproduksibel. Rf didefenisiskan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut (fase bergerak).
Hubungan ini berlaku jika Kd dan penampang lintang tidak tetap sepanjang lintasan zat terlarut.
Pemilihan pelarut tergantung dari campuran sampel yang diteliti. Pelarut yang cocok untuk pemisahan merupakan campuran dua pelarut, sehingga nilai Rf senyawa-senyawa dalam campuran sampel tersebar di sepanjang lapis tipis (KLT). Nilai pH pelarut juga harus diperhatikan, karena banyak pelarut yang mengandung asam asetat atau ammonia yang menghasilkan lingkungan yang sangat asam atau sangat basa.
Keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi dibandingkan pemisahan metode lainnya yaitu:
a.   Dapat digunakan pada sampel atau konstituen yang sangat kecil (semi mikro dan
     mikro)
b.   Cukup selektif terutama untuk senyawa-senyawa organic multi komponen
c.   Proses pemisahan dalat dilakukan dalam waktu yang relative singkat
d.  Seringkali murah dan sederhana, karena umumnya tidak memerlukan alat yang mahal
dan rumit.
            Untuk tujuan identifikasi, noda-noda sering dikarakterisasikan berdasarkan nilai Rfnya. Nilai Rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut selama waktu yang sama. Nilai Rf yang identik untuk suatu senyawa yang diketahui dan yang tidak diketahui dengan menggunakan beberapa system pelarut berbeda memberikan bukti yang kuat bah bahwa nilai untuk kedua senyawa tersebut adalah identic, terutama jika senyawa tersebut dijalankan secara berdampingan di sepanjang pita lapis tipis (KLT) yang sama.
            Beberapa kelebihan dari KLT yaitu sebagai berikut :
1.    Waktu pemisahan lebih cepat
2.    Sensitif, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi.
3.    Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna.
Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan digunakan suatu penyuntik berukuran mikro. Sampel harus nonpolar dan mudah menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan dengan mengorek lapisan vertikal searah gerakan pelarut. Resolusi KLT jauh lebih tinggi daripada kromatografi lapis tipis (KLT) karena laju difusi yang luar biasa kecilnya pada lapisan pengadsorbsi. Semua teknik yang dipakai krometografi lapis tipis (KLT) juga dapat digunakan untuk kromatografi lapis tipis.
Nilai Rf dipengaruhi oleh ketebalan lapisan, sebagian besar prosedur pemisahan untuk analisis kualitatif menggunkan ketebalan lapisan 250 µm dan untuk anlisis preparatif digunakan ketebalan sampai 5 mm. Kadang-kadang digunakan kalsium sulfat sebagai adsorben untuk mengikat lapisan pada lempeng. Silika gel adalah bahan yang paling banayak digunakan untuk pemisahan sejumlah besar senyawa. Hal yang harus diperhatikan adalah atmosfer ruang pemisahan harus jenuh dengan pelarut, karena menentukan besar kecilnya nilai Rf. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan wadah sekecil mungkin dan menghubungkan dinding dengan lapis tipis (KLT) yang terendam dalam pelarut.
Teknik pemisahan dalam kromatografi ada dua macam, yaitu :
1.      Descending-chromatografy adalah yang berdasarkan cairan pengelusi yang dibiarkan bergerak menuruni lapis tipis (KLT) akibat gaya gravitasi.
2.      Ascending-chromatografy yaitu pemisahan yang berdasarkan cairan pengelusi bergerak ke atas dengan gaya kapiler.

           


Kromatografi juga bisa digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya .Dalam kromatografi lapis tipis, fase diam adalah lapisan tipis jel silika atau alumina pada sebuah lempengan gelas, logam atau plastik

tlc1
 















Gambar 4.Skema alat TLC
Bagian-bagian TLC
¨  Pelat                : berupa kaca yang dilapisi fase diam seperti CaCO3           
¨  Chamber          : tempat memasukkan pelarut( fase gerak) dan pelat (fase diam)
¨  Fase diam        : zat padat inert yang melapisi pelat
¨  Fase gerak       : zat cair (pelarut organik) seperti etanol yg membawa cuplikan
Prinsip Kerja TLC





Perhitungan dalam TLC
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf =

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf pada TLC
¨  Struktur kimia darei senyawa yang dipisahkan
¨  Sifat dari penyerap dan derajat aktifasinya
¨  Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap
¨  Kemurnian pelarut (fase gerak)
¨  Jumlah cuplikan yang digunakan
¨  Suhu
¨  kesetimbangan




IV.            PROSEDUR PERCOBAAN
1.      Pelat yang telat selesai dilapisi silica telah disiapkan
2.      Telah ditotolkan cuplikan dengan menggunakan pipa kapiler pada permukaan pelat
3.      Pelat telah dimasukkan ke dalam chamber yang berisi pelarut. Dalam hal ini digunakan larutan ethanol yang bersifat agak polar. Totolan pada pelat tidak boleh terkena/terendam pelarut.
4.      Pelarut telah naik secara perlahan-lahan disepanjang pelat sehingga sampai diujung yang lain dari pelat. Batas perjalanan pelarut telah ditandai.
5.      Pelat telah dikeringkan dan telah dibandingkan harga Rf dari noda yang terbentuk.

V.            GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

VI.            DATA PENGAMATAN
Praktikum minggu Ke-1
Sampel
Warna Noda
Jarak Komponen (cm)
Jarak Pelarut (cm)
Pewarna Sintesis
Merah
0.9669





12.1
Pewarna Kue
Coklat
0.9090
Hijau
0.9338
Coklat
0.9752

Tinta
Ungu
0.9173
Kuning
0.9413
Orange Pasta
Orange
0.9338
Wantex
Hijau
0.9008
Kuning
0.9856
Coklat
0.9752
Methylen Blue
Biru
0.0248
Praktikum minggu Ke-2
No.
Sampel
Warna Noda
Jarak Komponen (cm)
Jarak Pelarut (cm)
1
Kunyit
Kuning
9,7
10,3
2
Lip tint
Merah
10,1
10,3
3
Extra joss
Kuning 1
3,1
10,3
Kuning 2
8,3
10,3
4
Nutri sari
Ungu
7,4
10,3
Kuning
9,6
10,3




VII.            PERHITUNGAN
Rf =

*      Praktikum Minggu Ke-1

·         Pewarna Sintesis =  = 0.9669

·         Berdasarkan perhitungan di atas didapat data, sebagai berikut:
Sampel
Warna Noda
Jarak Komponen (cm)
Keterangan
Pewarna Sintesis
Merah
0.9669
Polar

Pewarna Kue
Coklat
0.9090

Semi polar
Hijau
0.9338
Coklat
0.9752

Tinta
Ungu
0.9173

Semi polar
Kuning
0.9413
Orange Pasta
Orange
0.9338
Semi polar

Wantex
Hijau
0.9008

Polar
Kuning
0.9856
Coklat
0.9752
Methylen Blue
Biru
0.0248
Non Polar

*      Praktikum Minggu Ke-2

-          Kunyit
Rf     =
=  = 0,94
   Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh nilai Rf sebagai berikut :
No.
Sampel
Warna Noda
Rf
1
Kunyit
Kuning
0,94
2
Lip tint
Merah
0,98
3
Extra joss
Kuning 1
0,30
Kuning 2
0,80
4
Nutri sari
Ungu
0,71
Kuning
0,93





VIII.            ANALISA PERCOBAAN
 Praktikum Minggu Ke-1
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan yakni TLC (Thin Layer Chromatography) digunakan yakni pewarna sintesis, pewarna kue, tinta, orange pasta, wantex, dan larutan methylen blue. Dengan mnggunakan ethnol sebagai solvent. Fase gerak pada KLT adalah ethanol dan fase diamnya ialah pelat silica. Proses terbawanya sampel oleh pelarut terjadi sekitar kurang lebih 1 jam. Dalam proses pemisahannya akan ada jarak tempuh pelarut membawa solvent.
Sampel akan tertahan apabila sifat dari sampel memiliki kemiripan dengan fase diamnya misalnya dalam percobaan ini methylen blue merupakan contoh non polar yang tertahan pada fase diam. Apabila sampel bersifat polar, pelarut akan membawa sampel hingga titik akhir dari jarak pelarut tanpa meninggalkan noda seperti pewarna sintesis dan wantex. Sedangkkan apabila sampel bersifat semi polar akan terdapat noda warna yang tertingga misalnya pewarna kue, tinta, dan orange pasta. Berdasarkan data, diketahui jarak tempuh pelarut ialah 12,1 cm, dan untuk jarak tempuh sampel dapat dilihat pada data, sehingga dari data yang diperoleh dapat ditentukan nilai Rf atau factor reterdasi. Harga Rf merupakan parameter untuk mengukur kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram.

Praktikum Minggu Ke-2
Praktikum ini ialah kromatografi Lapis Tipis (KLT), KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase gerak pada KLT ini ialah etanol, dan fase diamnya ialah pelat silica. Etanol akan bergerak membawa sampel ( zat warna ). Proses pemisahan ini membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu ± 1 jam. Dalam proses pemisahannya akan terjadi jarak tempuh pelarut dalam membawa sampel. Praktikum KLT-2 ini menggunakan sampel kunyit, lip tint, extra joss, dan nutri sari. Pada pemisahan ini juga terdapat sampel yang pada saat pemisahan noda, terdiri lebih dari 1 warna. Hal ini membuktikan bahwa KLT bersifat sensitive, yang artinya dapat memisahkan komponen warna yang berbeda dalam 1 sampel.
Untuk proses pemisahannya, sampel yang bersifat polar tidak meninggalkan bekas/noda, sehingga pada titik kapilaritas tertinggi pelarut, noda sampel polar baru dapat dilihat. Sedangkan untuk sampel yang bersifat semi-polar akan meninggalkan jejak noda sampai ke titik akhir kapilaritas pelarutnya, dan untuk sampel yang bersifat non-polar tidak akan terjadi pemisahan atau tertahan. Berdasarkan data, diketahui jarak tempuh pelarut ialah 10,3 cm, dan untuk jarak tempuh sampel dapat dilihat pada data, sehingga dari data yang diperoleh dapat ditentukan nilai Rf atau factor reterdasi. Harga Rf merupakan parameter untuk mengukur kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram.


IX.            KESIMPULAN
1.      Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk menganalisa/menentukan komponen zat warna dalam suatu cuplikan berdasarkan tingkat kepolaran cuplikan itu sendiri
2.      Semakin besar jarak komponen maka Rf didapat semakin besar yang menunjukkan bahwa tingkat kepolaran zat tersebut semakin besar
3.      Sifat sampel yang dianalisis berdasarkan praktikum yang telah dilakukan:
1. Polar: pewarna sintesis dan wantex
2. Semi polar: pewarna kue, tinta, orange pasta
3. Non polar: methylen blue
4.      KLT dapat memisahkan komponen warna yang terkandung dalam berbagai sampel, karena sifat sensitifnya maka dapat menguraikan warna bermacam-macam dari 1 sampel
5.      Pada pecobaan TLC ini fase geraknya adalah ethanol dan fase diamnya adalah silica
6.      Jarak pelarut pada percobaan pertama 12.1 dan percobaan kedua 10.3




X.            DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ir. Rusdianasari, M. Si. 2014. Jobsheet Kimia Analitik Instrumen. Teknik Kimia.
Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.





GAMBAR ALAT
 












   
Gambar 1. Sampel Warna yang digunakan                             Gambar 2. Etanol
 













                   Gambar 3.Chamber                                              gambar 4. Alat sinar UV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar